rebutanbalung.com - Sobat sehat, pada kesempatan kali ini kami akan membahas tentang kesulitan makan pada anak. Kesulitan makan pada anak harus dikenali dengan baik, sehingga penanganan dan dampak dari kesulitan makan dapat dicegah.
Gambar 1. Anak dapat mengalami gangguan makan. |
Makan merupakan kegiatan penting yang terus dilakukan setiap hari oleh manusia. Kesulitan makan dialami oleh 25-40% anak-anak. Masalah yang paling sering dijumpai adalah kolik, muntah serta menolak untuk makan. Anak dengan kesulitan makan dapat mengalami kegagalan pertumbuhan dan mengidap penyakit kronis. Beberapa permasalahan tersebut dapat saja bersifat sementara, tetapi gangguan makan lainnya (seperti menolak untuk makan yang terjadi pada 3-10% anak) cenderung persisten, sehingga membawa konsekuensi terhadap status kesehatan anak.
Kesulitan makan bukanlah diagnosis atau penyakit, tetapi merupakan gejala atau tanda adanya penyimpanangan atau kelainan yang sedang terjadi pada tubuh anak.
Pada dasarnya, kesulitan makan pada anak dapat diklasifikasikan menjadi 3 kategori yaitu :
Kelainan struktural, kelainan neurodevelopmental dan kelainan perilaku makan, walaupun antara masing-masing kategori tersebut dapat terjadi tumpang tindih.
Kelainan Struktural :
1. Kelainan pada Naso-orofaring : Atresia choana, celah pada bibir atau palatum, sequence Pierre Robin, makroglosia, ankiloglosia.
2. Kelainan pada laring dan trakea : celah pada laring, kista laring, stenosis subglotis, laringo trakeomalacia
3. Kelainan pada esofagus : fistula trakeoesofagus, atresia/stenosis esofagus kongenital, struktur esofagus
Kelainan Neurodevelopmental :
1. Palsi serebral
2. Malformasi Arnold-Chiari
3. Myelomeningocele
4. Disautonomia familial
5. Distropi/miopati otot
6. Sindrom mobius
7. Distropi miotonus kongenital
8. Miastenia gravis
9. Distropi okulofaringeal
Kelainan Perilaku Makan :
1. Gangguan makan pada fase regulasi (0-2 bulan)
2. Gangguan makan resiprositas (2-6 bulan)
3. Anoreksia infantil (6 bulan - 3 tahun)
4. Aversi sensori
5. Gangguan makan terkait kondisi medis (comorbidities)
6. Gangguan makan paska trauma
Kesulitan makan dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya :
- Kelainan kebiasaan makan
- Kelainan psikologis
- Kelainan organik, misalnya : kelainan gigi-geligi/rongga mulut, kelainan pada saluran cerna, penyakit infeksi secara umum, kelainan non-infeksi, penyakit lainnya misalnya tumor willms.
Secara fisiologis, mekanisme menelan terdiri dari beberapa fase :
- Fase persiapan oral
- Fase oral
- Fase faringeal
- Fase oesofageal
Ada 5 elemen kunci untuk mengevaluasi kesulitan makan pada anak :
- Bagaimana manifestasinya?
- Apakah anak sedang menderita penyakit tertentu?
- Apakah telah mempengaruhi berat badan dan pertumbuhan anak?
- Bagaimana kondisi emosi anak?
- Apakah ada stress bermakna dalam keluarga?
Secara umum, gejala kesulitan makan pada anak dapat timbul antara lain karena :
- Permasalahan pada mengunyah dan menelan
- Spillage (makanan yang tercecer dari mulut) yang disebabkan oleh kegagalan mengontrol lidah
- Pilih-pilih makanan (picky eater)
- Makanan dilepeh
- Penolakan makanan (food refusal)
- Jangka waktu pemberian makan yang meningkat, yaitu lebih dari 45 menit
- Tanda kelelahan dan penurunan kesadaran
- Kesukaran menelan cairan, makanan lunak, semi-solid dan makanan padat
- Tanda distres pernafasan selama pemberian makan, yakni perubahan pola pernafasan normal, bernafas dengan usaha, tanda kelelahan selama pemberian makan
- Tanda aspirasi, yaitu : penyumbatan, batuk dan tersedak makanan atau cairan, distres pernafasan, mencakup stridor dan wheezing.
Dampak kesulitan makan dibagi menjadi 2 yaitu : Dampak jangka pendek dan Dampak jangka panjang
- Dampak jangka pendek diantaranya : sinus bradikardia, inversi gelombang T, depresi ST, interval QT memanjang, disritmia dengan ventrikular takikardia, motilitas gastrointestinal yang lambat dan konstipasi, gambaran fungsi hati yang abnormal, peningkatan kadar urea darah, serta peningkatan risiko terbentuknya batu ginjal, lekopenia, anemia defisiensi besi dan trombositopenia.
- Dampak jangka panjang diantaranya : pubertas terlambat, pertumbuhan terlambat dan perawakan pendek, gangguan pembentukan mineral tulang (osteopenia, osteoporosis), gangguan psikologis (cemas dan depresi).
Penatalaksanaan kesulitan makan pada anak
- Rawat jalan. Hal-hal yang dapat dilakukan : Menetapkan jadwal makan dan menaati jadwal tersebut. anak duduk selama makan, waktu pemberian makan dibatasi selama sekitar 15 sampai 20 menit. Menghindari pengalihan perhatian, seperti mainan atau televisi sepanjang waktu makan. Menawarkan jumlah materi makanan yang terbatas untuk masing-masing makanan. Menawarkan sedikit cairan/minuman saja, setalah anak memulai makan. Penawaran susu hanya diberikan setelah makan diselesaikan. Tidak memberikan sari buah atau penganan di tengah waktu makan. Tidak menawarkan makanan apa pun sampai jadwal makanan berikutnya. Jangan memaksa anak untuk makan. Cobalah untuk tetap tenang. Perasaan netral akan berpengaruh lebih baik, dibandingkan pernyataan frustasi atau kegembiraan yang berlebihan. Pada permasalahan anak-anak yang lebih rumit, suatu pendekatan tim dapat direkomendasikan.
- Intervensi gizi. Jika anak mengalami kurang gizi, perlu dilakukan koreksi gizi sebelum dilakukan modifikasi perilaku. Status gizi anak harus dinilai, jika status gizi kurang, maka diperlukan penilaian kebutuhan energi.
- Rawat inap. Kriteria rawat inap untuk anak dengan kesulitan makan : Kurang dari 75% berat badan ideal, atau penurunan berat badan yang berkelanjutan. Penolakan untuk makan. Lemak tubuh <10%. Denyut jantung <50x per menit siang hari; <45x per menit pada malam hari. Tekanan sistolik < 90 mmHg. Perubahan denyut nadi ortostatik <20 x/menit atau tekanan darah >10 mmHg, Temperatur <35,5, Aritmia, Sinkope, Kalium serum konsentrasi <3,2 mmol/L, Klorida serum konsentrasi <88 mmol/L, Refluks esophageal berat, Hipotermia, Risiko bunuh diri, Hematemesis, Kegagalan terhadap perawatan rawat jalan.
Demikian, sekilas tentang kesulitan makan pada anak. Kesulitan makan bukan merupakan suatu diagnosis, melainkan merupakan gejala atau tanda adanya penyimpangan, kelainan dan penyakit yang sedang terjadi dalam tubuh anak. Sebagai orang tua, hal tersebut perlu diketahui dan segera dilakukan intervensi atau tindakan. Sebaiknya konsultasikan kepada dokter anda apabila mengalami gangguan-gangguan tersebut. Apabila ada hal yang ingin ditanyakan, silakan isi dalam kolom komentar. Terima kasih.