Hal yang perlu kita perhatikan dan selalu
ingat adalah jangan pernah memberikan sanksi atau hukuman apa pun pada
anak ketika emosi kita sedang memuncak. Pada saat emosi kita sedang
tinggi, apa pun yang keluar dari mulut kita, baik dalam bentuk kata2
maupun hukuman akan cenderung menyakiti dan menghakimi dan tidak
menjadikan anak lebih baik. Kejadin tersebut akan membekas meski ia
telah beranjak dewasa. Anak juga bisa mendendam pada orang tuanya karena
sering mendapatkan perlakuan di luar batas.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
- Bila kita sedang sangat marah segeralah menjauh dari anak. Pilihlah cara yang tepat untuk bisa menurunkan amarah kita dengan segera.
- Saat marah kita cenderung memberikan hukuman yang seberat2ya pada anak kita, dan hanya akan menimbulkan perlawanan baru yang lebih kuat dari anak kita, sementara tujuan pemberian sanksi adalah untuk menyadarkan anak supaya ia memahami perilaku buruknya. Setelah emosi reda, barulah kita memberikan hukuman yang mendidik dan tepat dengan konteks kesalahan yang diperbuat. Ingat, prinsip hukuman adalah untuk mendidik bukan menyakiti. Pilihlah bentuk sanksi atau hukuman yang mengurangi aktivitas yang disukainya, seperti mengurangi waktu main game, atau bermain sepeda.
32. Mengejek
Orang tua yang biasa menggoda anaknya,
seringkali secara tidak sadar telah membuat anak menjadi kesal. Dan
ketika anak memohon kepada kita untuk tidak menggodanya, kita malah
semakin senang telah berhasil membuatnya kesal atau malu. Hal ini akan
membangun ketidaksukaan anak pada kita dan yang sering terjadi anak
tidak menghargai kita lagi. Mengapa? Karena ia menganggap kita juga
seperti teman2nya yang suka menggodanya,
Apa yang seharusnya kita lakukan?
Jika ingin bercanda dengan anak kita,
pilihlan materi bercanda yang tidak membuatnya malu atau yang
merendahkan dirinya. Akan jauh lebih baik jika seolah-olah kitalah yang
jadi badut untuk ditertawakan. Anak kita tetap aka n menghormati kita
sesudah acara canda selesai. Jagalah batas2 dan hindari bercanda yang
bisa membuat anak kesal apalagi malu. Bagimana caranya? Lihat ekspresi
anak kita. Apakah kesal dan meminta kita segera menghentikannya? Bila
ya, segeralah hentikan dan jika perlu meminta maaflah ayas kejadian yang
baru terjadi. Katakan bahwa kita tidak bermaksud merendahkannya dan
kita berjanji tidak akan mengulanginya lagi.
33. Menyindir
Terkadang karena saking marahnya orang
tua sering mengungkapkannya dengan kata2 singkat yang pedas dengan
maksud menyindir, seperti, “Tumben hari gini sudah pulang”, atau
“Sering2 aja pulang malem!” atau”Memang kamu pikir Mama/Papa in satpam
yang jaga pintu tiap malam?”.
Kebiasaan ini tidak akan membuat anak
kita menyadari akan perilaku buruknya tapi malah sebaliknya akan mebuat
ia semakin menjadi-jadi dan menjaga jarak dengan kita. Kita telah
menyakiti hatinya dan membuatnya tidak ingin berkomunikasi dengan kita.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?
Katakanlah secara langsung apa yang kita
inginkan dengan kalimat yang tidak menyinggung perasaan, memojokkan
bahkan menyakiti hatinya. Katakan saja, “Sayang, Papa/Mama khawatir akan
keselamatan kamu lho kalo kamu pulang terlalu malam”. Dan sejenisnya.
34. Memberi julukan yang buruk
Kebiasaan memberikan julukan yang buruk
pada anak bisa mengakibatkan rasa rendah diri, tidak percaya
diri/mimder, kebencian juga perlawanan. Adakalanya anak ingin
membuktikan kehebatan julukan atau gelar tersebut pada orang tuanya.
Solusinya
Mengganti julukan buruk dengan yang baik,
seperti, anak baik, anak hebat, anak bijaksana. Jika tidak bisa
menemukannya cukup dengan panggil dengan nama kesukaannya saja.
35. Mengumpan Anak yang Rewel
Pada saat anak marah, merengek atau
menangis, meminta sesuatu dengan memaksa, kita biasanya mengalihkan
perhatiannya kepada hal atau barang lain. Hal ini dimaksudkan supaya
anak tidak merengek lagi. Namun yang terjadi malah sebaliknya, rengekan
anak semakin menjadi-jadi. Contohnya, anak menangis karena ia minta
dibelikan mainan, Kemusian kita berusaha membuatnya diam dengan berusaha
mengalihkan perhatiannya seperi, ” Tuh lihat tuh ada kakak pake baju
warna apa tuh…”atau” Lihat ini lihat, gambar apa ya lucu banget?”
Ingatlah selalu, pada saat anak kita
sedang fokus pada apa yang diinginkannya, ia akan memancing emosi kita
dan emosinya sendiri akan menjadi sensitif. Anak kita pada umumnya
adalah anak yang cerdas. ia tidak ingin diakihkan ke hal lain jika
masalah ini belum ada kata sepakat penyelesaiannya. Semakin kita
berusaha mengalihkan ke hal lain, semakin marah lah anak kita.
Apa yang sebaiknya dilakukan?
Selesaikan apa yang diinginkan oleh anak
kita dengan membicarakannya dan membuat kesepakatan di tempat, jika kita
belum sempat membuat kesepakatan di rumah. Katakan secara langsung apa
yang kita inginkan terhadap permintaan anak tesebut, seperti “Papa/Mama
belum bisa membelikan mainan itu saat ini. Jika kamu mau harus menabung
lebih dahulu. Nanti Papa/Mama ajari cara menabung. Bila kamu terus
merengak kita tidak jadi jalan-jalan dan langsung pulang.” Jika kalimat
ini yang kita katakan dan anak kita tetap merengek, segeralah kita
pulang meski urusan belanja belum selesai, Untuk urusan belanja kita
masih bisa menundanya. Tapi jangan sekali-kali menunda dalam mendidik
anak.
36. Televisi sebagai agen Pendidikan Anak
Perilaku anak terbentuk karena 4 hal:
- Berdasar kepada siapa yang lebih dulu mengajarkan kepadanya: kita atau TV?
- Oleh siapa yang dia percaya: apakah anak percaya pada kata2 kita atau ketepatan wakyu program2 TV?
- Oleh siapa yang meyampaikannya lebih menyenangkan: apakah kita menasehatinya dengan cara menyenangkan atau program2 TV yang lebih menyenangkan?
- Oleh siapa yang sering menemaninya: kita atau TV?
Apa yang seharusnya kita lakukan?
- Bangun komunikasi dan kedekatan dengan mengevaluasi 4 hal tersebut yang menjadi faktor pembentuk perilaku anak kita?
- Menggantinya dengan kegiatan di rumah atau di luar rumah yang padat bagi anak2nya.
- Gantilah program TV dengan film2 pengetahuan yang lebih mendidik dan menantang mulai dari kartun hingga CD dalam bentuk permainan edukatif.
37. Mengajari Anak untuk Membalas
Sebagian anak ada yang memiliki
kecenderungan suka memukul dan sebagian lagi menjadi objek penderita
dengan lebih banyak menerima pukulan dari rekan sebayanya. Sebagian
orang tua biasanya tidak sabar melihat anak kita disakiti dan
memprovokasi anak kita unutuk membalasnya. Hal ini secara tidak langsung
mengajari anak balas dendam. Sebab pada saat itu emosi anak sedang
sensitif dan apa yang kita ajarkan saat itu akan membekas. Jangan kaget
bila anak kita sering membalas atau membalikkan apa yang kita sampaikan
kepadanya.
Apa yang sebaiknya kita lakukan?:
a. Mengajarkan anak untuk menghindari teman-teman yang suka menyakiti.
b. Menyampaikan pada orang tua yang bersangkutan bahwa anak kita sering mendapat perlakuan buruk dari anaknya.
c. ajaklah orang tua anak yang suka memukul untuk mengikuti program parenting baik di radio atau media lainnya.
Demikian ke 37 Kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk Anak, variasi dari semua kebiasaan tersebut memang tidak dialami oleh semua orang tua, tetapi minimal memberikan kita pengetahuan dan hal yang mungkin terjadi serta solusi yang bisa dijadikan referensi. Salam.
Demikian ke 37 Kebiasaan Orang Tua yang Menghasilkan Perilaku Buruk Anak, variasi dari semua kebiasaan tersebut memang tidak dialami oleh semua orang tua, tetapi minimal memberikan kita pengetahuan dan hal yang mungkin terjadi serta solusi yang bisa dijadikan referensi. Salam.
End
Diedit dari Buku Ayah Edy, tjokroaminoto360.wordpress.com