“Memaknai Jatuh Cinta” (untukmu para lelaki)


(sumber pict. http://rudiantoazzam.wordpress.com)

(mudah-mudahan bisa menjadi bahan renungan bagi kita, terkhususnya bagi “siapa” yang ingin tetap dalam keadaan yang lurus)

Aku ingin berbicara atas nama Wanita.

Tolong untuk para laki-laki (atau yg merasa sebagai Muslim):

Wanita adalah makhluk yang sempit akal dan mudah terbawa emosi. Terlepas bahwa aku tidak suka pernyataan tersebut, tetapi itu fakta. Sangat mudah membuat wanita bermimpi. Tolong.... berhentilah memberi angan-angan kepada kami. Mungkin kami akan melengos kalau disapa. Atau membuang muka kalau dipuji. tapi jujur saja, ada perasaan bangga. Bukannya suka pada kalian (mungkin), namun suka karena diperhatikan “lebih”.

Diantara kami, ada golongan Maryam yang pandai menjaga diri. Tetapi tidak semua kami mempunyai hati suci.

Jangan kalian tawarkan sebuah ikatan bernama Ta’aruf, bila kalian benar-benar belum siap akan konsekuensinya. Sebuah ikatan ilegal yang bisa jadi berumur tak hanya dalam hitungan bulan. Tetapi, bisa saja sampai usia tahunan, tanpa kepastian kapan akan dilegalkan.

Tolong, pahami arti Cinta seperti pemahaman Umar Al Faruq.

Bukan mengajak kami ke bibir neraka. Dengan SMS-SMS mesra, telepon sayang-sayang, manis manja di jejaring sosial dan hadiah-hadiah ungkapan cinta. ataupun kunjungan pemantapan yang dibungkus sebuah label: Ta’aruf.

Tolong.... kami hanya ingin menjaga diri. Menjaga amal kami tetap tertuju pada-Nya. Karena janji Allah itu pasti. “Wanita baik hanya Diperuntukkan bagi Laki-laki baik”.

Jangan ajak mata kami berzina dengan memandangmu.
Jangan ajak telinga kami berzina dengan mendengar pujianmu.
Jangan ajak tangan kami berzina dengan menerima hadiah kasih sayangmu.
Jangan ajak kaki kami berzina dengan mendatangimu.
Jangan ajak hati kami berzina dengan berkhalwat denganmu.

Ada bedanya.… Persahabatan sebagai saudara, dengan hati yang sudah terjangkiti virus….
Beda itu bernama “Rasa” dan “Pemaknaan”.
Bukan.... bukan seperti itu yang dicontohkan Rasulullah.
Antum memang bukan Mush’ab.
Antum juga tak sekualitas Yusuf As.
Antumpun bukan sekelas Arjuna
Dan tak perlu berlagak seperti Casanova.

Karena Islam sudah punya jalan keluar yang indah, hanya ada 2 pilihan : Segeralah Menikah atau Jauhi kami dengan Puasa.

Tolong.... sebelum kalian memutuskan untuk mendatangi kami, jawablah terlebih dulu Pertanyaan ini dengan Jujur :

1. Setelah 3 bulan mendatangi dan menyatakan Cinta, kalian masih belum siap untuk mengikrarkan dalam sebuah Pernikahan?. Ataukah kalian masih butuh waktu lebih lama dan meminta kami menunggu, dengan alasan yang tidak syar’i dan terlalu duniawi ?

Kalau Jawabannya : “Ya !”

“SELAMAT”

Berarti kalian lebih pantas masuk surga dibandingkan Ali bin Abi Thalib. Dia baru berani mengatakan Cinta kepada Fathimah, setelah menikah. Ali, pemuda kesayangan Rasul, tetapi menunggu waktu bertahun-tahun untuk mengatakannya. Bukan karena dia pengecut, tentu saja justru karena dia adalah laki-laki kualitas Surga.


Tolong, kami tidak ingin menyakiti hati calon Suami kami yang sebenarnya. Mereka berusaha untuk menjaga Hijab, agar datang kepada kami dalam kondisi suci hati.
 tetapi kami malah menjajakan Cinta kepada laki-laki yang belum tentu menjadi suami kami. Ataukah kalian sekarang sudah berani menjamin bahwa kalian adalah calon Suami kami yang sebenarnya ?

Maaf....
 Wanita itu lemah dan mudah ditaklukkan. Sebagai Saudara kami, Tolong Jaga kami. Karena kami akan Kuat menolak rayuan Preman, tapi bisa jadi kami Lemah dengan Surat Cinta kalian.

Bukankah akan lebih indah bila kita bertemu dengan jalan yang diberkahi-Nya ?
Bukankah lebih membahagiakan bila kita dipertemukan dalam kondisi diridhoi-Nya ?

Bukan cuma saat Menikah, tetapi saat pertemuan yang juga bebas dari maksiat. Allah Maha Pencemburu, dan Dia Maha Memiliki kami.


Jadi..... Mintalah izin kepada-Nya sebelum bertamu dan mengetuk pintu hati kami.

Jika..... kalian sudah benar-benar siap dan yakin, kami tunggu sumpahmu di pelaminan.
Tapi..... jika belum yakin, cukuplah kalian jaga perasaan kami tanpa perlu di lebihkan.

“Karena Semuanya Akan Indah Pada Waktunya”
                                                                                                                                                                   
Meskipun dengan pembahasaan yang ‘agak gimana gitu’ saya yakin ini representative bagi kita, dalam menjaga moral di era zaman edan ini.

Tulisan ini sedikit saya edit yang didapat dari note facebook seorang temen, yang dia pun share dari temannya. Hehehe
Namun niat tujuannya adalah berbagi nilai didalamnya. Semoga bermanfaat... (r.a)

Please Share and Comment ↓

Related Posts

Previous
Next Post »