No. ICPC II : D70 Gastrointestinal
infection
No. ICD X :
Tingkat Kemampuan: 4A
Masalah Kesehatan
Disentri merupakan tipe diare yang berbahaya dan seringkali menyebabkan kematian dibandingkan dengan tipe diare akut yang lain. Penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri disentri basiler yang disebabkan oleh shigellosis dan amoeba (disentri amoeba).
Kondisi tubuh saat Disentri. (Foto : caracepatmengobatipenyakit.web.id) |
Hasil Anamnesis (Subjective)
Keluhan
- Sakit perut terutama sebelah kiri dan buang air besar encer secara terus menerus bercampur lendir dan darah
- Muntah-muntah
- Sakit kepala
- Bentuk yang berat (fulminating cases) biasanya disebabkan oleh S. dysentriae dengan gejalanya timbul mendadak dan berat, dan dapat meninggal bila tidak cepat ditolong.
Faktor Risiko : -
Hasil Pemeriksaan Fisik dan Pemeriksaan Penunjang Sederhana (Objective)
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan :
a. Febris.
b. Nyeri perut pada
penekanan di bagian sebelah kiri.
c. Terdapat tanda-tanda
dehidrasi.
d. Tenesmus.
Pemeriksaan
Penunjang
Pemeriksaan tinja secara langsung terhadap kuman penyebab.
Penegakan Diagnosis (Assessment)
Diagnosis Klinis
Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang.
Diagnosis Banding
a. Infeksi Eschericiae
coli
b. Infeksi Escherichia
coli Enteroinvasive (EIEC)
c. Infeksi Escherichia
coli Enterohemoragik (EHEC)
Komplikasi
a. Haemolytic uremic
syndrome (HUS).
b. Hiponatremia berat.
c. Hipoglikemia berat.
d. Susunan saraf pusat
sampai terjadi ensefalopati.
e. Komplikasi intestinal
seperti toksik megakolon, prolaps rektal, peritonitis dan perforasi dan hal ini
menimbulkan angka kematian yang tinggi.
f. Komplikasi lain yang
dapat timbul adalah bisul dan hemoroid.
Rencana Penatalaksanaan Komprehensif (Plan)
Penatalaksanaan
a. Mencegah terjadinya
dehidrasi
b. Tirah baring
c. Dehidrasi ringan sampai
sedang dapat dikoreksi dengan cairan rehidrasi oral
d. Bila rehidrasi oral tidak
mencukupi dapat diberikan cairan melalui infus
e. Diet, diberikan makanan
lunak sampai frekuensi BAB kurang dari 5 kali/hari, kemudian diberikan makanan
ringan biasa bila ada kemajuan.
f. Farmakologis:
1. Menurut pedoman WHO, bila telah terdiagnosis shigelosis pasien diobati
dengan antibiotik. Jika setelah 2 hari pengobatan menunjukkan perbaikan, terapi
diteruskan selama 5 hari. Bila tidak ada perbaikan, antibiotik diganti dengan
jenis yang lain.
2. Pemakaian jangka pendek dengan dosis tunggal fluorokuinolon seperti
siprofloksasin atau makrolide azithromisin ternyata berhasil baik untuk
pengobatan disentri basiler. Dosis siprofloksasin yang dipakai adalah 2 x 500
mg/hari selama 3 hari sedangkan azithromisin diberikan 1 gram dosis tunggal dan
sefiksim 400mg/hari selama 5 hari. Pemberian siprofloksasin merupakan kontraindikasi
terhadap anak-anak dan wanita hamil.
3. Di negara-negara berkembang di mana terdapat kuman S.dysentriae
tipe 1 yang multiresisten terhadap obat-obat, diberikan asam nalidiksik dengan
dosis 3 x 1 gram/hari selama 5 hari. Tidak ada antibiotik yang dianjurkan dalam
pengobatan stadium carrier disentribasiler.
4. Untuk disentri amuba diberikan antibiotik metronidazole 500mg 3
x sehari selama 3-5 hari.
Rencana Tindak Lanjut
Pasien perlu dilihat perkembangan penyakitnya karena memerlukan
waktu penyembuhan yang lama berdasarkan berat ringannya penyakit.
Konseling dan Edukasi
- Penularan disentri amuba dan basiler dapat dicegah dan dikurangi dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidakterkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
- Keluarga ikut berperan dalam mencegah penularan dengan kondisi lingkungan dan diri yang bersih seperti membersihkan tangan dengan sabun, suplai air yang tidak terkontaminasi, penggunaan jamban yang bersih.
- Keluarga ikut menjaga diet pasien diberikan makanan lunak sampai frekuensi berak kurang dari 5kali/hari, kemudian diberikan makanan ringan biasa bila ada kemajuan.
Kriteria Rujukan
Pada pasien dengan kasus berat perlu dirawat intensif dan
konsultasi ke pelayanan sekunder (spesialis penyakit dalam).
Sarana Prasarana
- Pemeriksaan tinja
- Infus set
- Cairan infus/oralit
- Antibiotik
Prognosis
Prognosis sangat tergantung pada kondisi pasien saat datang,
ada/tidaknya komplikasi, dan pengobatannya. Pada umumnya prognosis dubia ad
bonam.
Referensi :
1. Permenkes No 5 Tahun 2014 Tentang Panduan Praktik Klinis Dokter Di Fasilitas Pelayanan Primer (PRTC)