Menegakkan Hukum Tidak Sama Dengan Memurnikan Hukum

Revolusi Ilmiah - Jakarta. Di dalam kitab suci Al-qur’an TuHan memerintahkan hamba-Nya untuk menegakkan ‘Din’-Nya. Kebanyakan orang beranggapan bahwa kata ‘tegakkan’ yang dimaksud mempunyai makna ‘memurnikan’. Sesungguhnya kata ‘tegakkan’ dan ‘Murnikan’ mempunyai dua arti yang sangat berbeda. Menegakkan artinya ‘mendirikan’ atau mengganti posisi yang semula rebahan/terlentang menjadi berdiri atau tegak lurus. Sedangkan kata ‘memurnikan’ mempunyai arti membersihkan sesuatu yang kotor atau menyaring/memilih intisari dari sesuatu yang sudah tercampur aduk.


Revolusi Ilmiah - Din adalah Hukum
Lantas mengapa TuHan memilih kata ‘tegakkan’ bukan ‘murnikan’ ? Apakah TuHan salah dalam memilih kata-kata? Atau perintah TuHan dalam Al-Qur’an sudah tidak berlaku lagi sehingga manusia harus merubahnya?

Mereka yang beranggapan bahwa kata ‘Din’ adalah agama dan ‘Din’ ini sudah tegak dan akan selalu tegak sejak zaman Muhammad, namun sekarang ‘Din’ ini sudah tidak semurni dulu lagi, tentu saja kata ‘tegakkan’ menjadi tidak cocok. Maka kata memurnikanlah lebih pas dengan kondisi ini. 

Tapi bagaimana dengan perkataan TuHan bahwa setiap umat ada ajalnya [QS Yunus (10):49]? Apakah ini tidak berlaku bagi umatnya Muhammad? Apakah Tuhan salah berbicara karena ternyata Din yang dulu dibangun Muhammad akan selamanya tegak? Dan sadarkah mereka bila kata ‘tegakkan’ dirubah menjadi ‘memurnikan’, esensinya pun akan ikut berubah: dimana ini menjadi perintah dari manusia kepada manusia dan bukan perintah dari TuHan kepada manusia?

Namun bila pengertian ‘Din’ bermakna ‘peraturan/hukum/undang-undang’ TuHan yang harus kita patuhi [lihat arti kata Din dalam: QS Yusuf (12):76, Qaf (50):32, Al-A’raf (7):163], maka kata ‘tegakkan’ yang berarti ‘mendirikan’ adalah persis seperti yang diperintahkan TuHan kepada manusia dalam Al-Qur’an. Karena memang semua undang-undang atau hukum atau peraturan itu memang harus selalu ditegakkan.

Din bukan agama karena TuHan itu tidak dimiliki oleh satu golongan agama tertentu saja. TuHan menciptakan semua manusia, apapun agamanya. TuHan maha esa (satu) dan Dialah raja bagi manusia, maka patuhilah semua perintah-Nya agar kita semua hidup sesuai dengan fitrahnya. Islam artinya ‘tunduk patuh/berserah diri’ bukanlah nama dari sebuah sekte atau golongan tertentu (agama). 

Semua Rasul mengajarkan ajaran yang sama, mereka bukan mengajarkan agama tapi mengajarkan ajaran sistem hidup yang tunduk patuh kepada TuHan dan sudah pasti aplikasinya harus melalui hukum-Nya. [Baca cerita Ibrahim di QS Al-Baqoroh (2):131] 

Bahkan banyak pemeluk agama Islam tidak tahu bahwa Isa/Yesus pun dahulu di utus TuHan untuk menegakkan Din-Nya (yaitu hukum Taurat yang sebelumnya diperjuangan oleh Musa). 

“Maka tatkala Isa/Yesus mengetahui keingkaran mereka (Bani Israel) berkatalah dia: “Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku untuk menegakkan ‘Din’ TuHan?” Sahabat-sahabatnya menjawab: “Kamilah penolong-penolong TuHan. Kami beriman kepada TuHan; dan saksikanlah bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang berserah diri (Islam)” [QS ALi-Imran (3):52]

Revolusi Ilmiah - Gambaran Sistem
TuHan mengatakan bahwa ‘Din’-Nya tidak pernah berubah, bahkan Muhammad pun diperintahkan untuk menegakkan ‘Din’ yang sama, yang dulu dibawa oleh Ibrahim [QS ALi-Imran (3):95]. Apabila ‘Din’ diartikan agama maka perkataan TuHan di bawah ini menjadi salah. Namun bila ‘Din’ diartikan sebagai sistem hidup menggunakan hukum TuHan yang harus selalu ditegakkan, maka perkataan TuHan menjadi benar: “Maka hadapkan wajahmu dengan lurus kepada ‘Din’Nya (peraturan/hukum-Nya). Tetaplah atas fitrah TuHan yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah TuHan. Itulah ‘hukum’ yang benar; tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui,” [QS Ar-Rum (30):30]

Tapi syaitan selalu berusaha untuk memalingkan manusia dari TuHan. Kata ‘Din’ itu sendiri justru dirubah pengertiannya menjadi golongan agama atau sekte. Sehingga seluruh makna yang diperjuangkan oleh para rasul terdahulu menjadi sepertinya berbeda–beda agama atau bersekte-sekte. Padahal TuHan membenci manusia untuk bergolong-golongan atau bersekte-sekte:
“Yaitu orang-orang yang memecah belah ‘Din’ mereka dan mereka menjadi beberapa golongan. Tiap-tiap golongan merasa bangga dengan apa yang ada pada golongan mereka” [QS Ar-Rum (30):32]

Benarlah kata TuHan bahwa kebanyakan orang tidak mengetahuinya. Maha benar TuHan dengan segala perkataan-Nya.

Penulis : Farah Bachtiar
Gambar 1, 2

Please Share and Comment ↓

Related Posts

Previous
Next Post »