Mungkin kalian udah pada tau soal ilangnya pesawat Malaysia Airlines Boeing 777-200 Sabtu kemarin. Sampai sekarang, belum ada tanda-tanda ditemukannya pesawat naas ini. Kita berdoa yang terbaik untuk seluruh penumpang dan keluarga mereka. Semoga simpang siur ilangnya pesawat ini bisa segera menemukan jawabannya.
Ya, simpang siur. Simpang siur karena nasib pesawat belum jelas.
Beberapa ada yang berspekulasi pesawat meledak di udara. Ada juga yang
bilang pesawat jatuh ke lautan dalam. Tapi yang menghebohkan adalah isu
yang mengaitkan hilangnya pesawat ini dengan aksi teroris.
Aneh. Beberapa saat setelah berita pesawat MAS ilang, muncul kabar bahwa
dua penumpangnya menggunakan paspor palsu. Dua penumpang tercatat
menggunakan paspor warga negara Austria dan Italia. Padahal si empunya
paspor mengaku tidak pernah ikut penerbangan pesawat MAS tersebut.
Maka, Amerika Serikat sang polisi dunia; jihadis teroris; segera
berspekulasi ‘ada teroris di balik hilangnya pesawat MAS’. Tanpa
diminta, mereka pun menyiapkan pasukan FBI guna meneliti kasus tersebut.
Dalihnya, AS mengklaim bahwa di antara penumpang pesawat tersebut ada
beberapa warga negara AS. Pernyataan itu didukung oleh sebuah perusahaan
semikonduktor yang berbasis di Texas, AS, yang mengatakan bahwa 20
orang karyawannya dipastikan menjadi penumpang pesawat Malaysia Airlines
penerbangan MH370 yang hilang.
Tak tanggung-tanggung, Angkatan Laut AS juga sudah mengirimkan satu
kapal perang, USS Pinckney, untuk membantu mencari pesawat Boeing
777-200 Malaysia Airlines (MAS) yang hilang. FYI, kapal yang dikirim
tersebut adalah Kapal kelas Arleigh Burke alias kapal perusak.
Ada apa di balik semua tindakan AS tersebut?
Boeing 777-200 adalah pesawat terbaik yang pernah dibuat dan beroperasi
saat ini. Pesawat ini juga dilengkapi alat bernama emergency locator
trasmitter dan emergency beacon. Dua alat ini berfungsi memberitahukan
lokasi pesawat atau seseorang. Todd Curtis, mantan teknisi keamanan
Boeing, mengatakan, jika pesawat mengalami kecelakaan, kejadian harus
sangat cepat sehingga pilot tak sempat meminta pertolongan. Jika ada
kerusakan mesin, pilot seharusnya masih bisa minta pertolongan lewat
radio.
Nah, kejadian cepat apa yang mungkin terjadi di udara sehingga pilot tak
sempat memberikan info lewat radio? Jawaban mengerucut pada kemungkinan
meledak di udara. Jika memang begitu, siapa yang mampu melakukan
tindakan itu dan apa motifnya? Jawaban lagi-lagi mengerucut kepada aksi
teroris. Lalu siapa lagi yang paling getol kalo sudah berhubungan dengan
terorisme? Bukti lain terkait teroris beredar belakangan ini bahwa pada
saat-saat terakhir terbang, pesawat melaju ke arah 25. Namun, tiba-tiba
pesawat berputar ke arah 40.
Nah jika semua setuju ini adalah tindakan terorisme, maka ucapkan
selamat datang pada pasukan AS yang sudah siap berbaris sambil memegang
spanduk ‘Demi Keamanan Dunia’. Imbasnya, AS bisa dikatakan sah melakukan
apa saja di wilayah yang dianggap tempat kejadian aksi terorisme.
Hal yang mengherankan lagi adalah fakta bahwa jalur penerbangan MAS
Boeing 777-200 ramai oleh radar penangkap sinyal pesawat, di antaranya
Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Tapi semua ATC di negara tersebut
kehilangan kontak/sinyal dari MAS 777-200. Bagaimana ini bisa terjadi?
Untuk menjawabnya, kita awali dengan asal pesawat Boeing 777-200 MAS.
Pesawat ini dibeli dari perusahaan perakitan Boeing di AS. Bukan cuma
Malaysia Airlines yang menggunakannya, melainkan juga maskapai seperti
United dan American Airlines. Garuda Indonesia juga menggunakan keluarga
pesawat Boeing 777, yakni Boeing 777-300ER. Logikanya, jika Anda
membeli sebuah barang elektronik rakitan dari toko tertentu, siapa yang
paling tau soal barang elektronik Anda tersebut? Siapa yang mampu
membuat Boeing 777-200 lolos dari pantauan semua menara di tiga negara
yang dilewatinya?
Lalu kenapa jika terorisme?
AS sebagai polisi dunia, penjaga keamanan global, satu-satunya musuh
besar terorisme akan mendapatkan legitimasinya dalam mengerahkan pasukan
ke Laut China Selatan karena Malaysia akan dianggap tak mampu menjaga
keamanan wilayahnya dari ancaman teroris. Terbukti, sehari setelah
berita pesawat MAS 777-200 berkembang, Juru Bicara US National
Transportation Safety Board, Kelly Nantel, menegaskan bahwa Amerika
Serikat akan memimpin proses investigasi.
Bisa dibayangkan, AS akan membuka biro khusus investigasi MAS Boeing
777-200 entah di Malaysia atau di mana pun yang mereka suka karena
proses pencarian hingga menemukan penyebab kecelakaan pesawat rata-rata
memakan waktu 3 – 6 bulan. Selama dalih investigasi hilangnya pesawat
MAS, AS akan dengan mudah mengumpulkan informasi soal sengketa Laut
China Selatan, atau bahkan pemilihan umum yang tak lama lagi akan
dilangsungkan oleh Indonesia dan Malaysia.
Lalu apa motif mereka? Secara ekonomis tentun kita tau Laut China
Selatan kaya akan minyak sehingga sejak lama sudah diperebutkan
Malaysia, Vietnam, Filipina, dan China. Tidak mentutup kemungkinan AS
ingin masuk dalam arena perebutan itu. Tapi, tentu AS tidak bisa masuk
seenaknya. Harus ada alasan logis yang diterima semua pihak yang akan
jadi ‘pintu masuk’ AS ke gelanggang perebutan. Dan, satu-satunya yang
paling mungkin sepertinya hanya isu terorisme.
Selain itu, siapa yang bisa menolak jika AS juga ingin lebih banyak dan
detail mendapatkan informasi kejadian politik yang akan berlangsung di
Malaysia dan Indonesia dalam pemilihan umum tak lama lagi. Keuntungan
buat AS? Banyak! AS berkewajiban menjaga kepentingannya tetap pada jalur
yang telah direncanakan. Karena kita tahu, pemilu merupakan momen
penentu arah kebijakan, termasuk kebijakan luar negeri sebuah negara.
Jadi tak ada salahnya sedikit waspada terkait aksi lanjutan AS yang mendompleng momen naas ini.
Sumber : adirama/kompasiana
2 Komentar
Write Komentarhmmmm semoga segera ketemu ya, minimal nemu pintunya atau apalah..., masak satu pun ga nemu ya, maaf misal kalo udah tertanam di dasar laut ya susah jg
Replyiza ni ms heri... kasusnya sama kayak adam air di indonesia dulu itu. kalau artikel tersebut membahas keterlibatan/kepentingan AS yang menunggangi kasus tersebut. kalau di berita yang lain satelit china sudah menemukan puingnya di laut.
Reply