Dibalik Teknologi Pertanian Presisi Indonesia, Untuk Siapa???




(teknologi pertanian presisi masa depan)

Di era modernisasi abad ke 21, perkembangan teknologi terbarukan tumbuh begitu cepat. Teknologi modern itu merambah ke berbagai bidang tak terkecuali di bidang pertanian. Baik di luar negeri maupun di dalam negeri teknologi modern telah di jadikan solusi jitu di masa depan. Teknologi Pertanian Indonesia sendiri berkembang dengan pesat. Dari proses produksi di hulu hingga pengolahan di hilir. Banyak aplikasi teknologi yang digunakan dalam industri pertanian modern di Indonesia guna mengejar hasil yang tinggi dengan biaya produksi yang rendah. Itulah yang sekarang pesat dikembangkan, pertanian presisi atau lebih kerennya disebut precision farming. Mengapa precision farming? karena sumber daya produksi pertanian kita sudah terbatas. Sumber daya air, tanah, pupuk, manusia dan faktor produksi lainnya sudah berkurang baik dari segi kualitas dan kuantitas sehingga sudah harus dioptimalkan untuk mendapatkan hasil produk pertanian yang optimal dan berkualitas tinggi. Era abad 21 ini akan diwarnai isu yang akan terus berkembang. Isu perubahan iklim, keterbatasan sumber daya, ketahanan pangan, dan perdagangan bebas mau tidak mau akan mendorong pertanian Indonesia menuju arah industrialisasi pertanian. Tuntutan industrialisasi akan segera datang dalam waktu dekat untuk menjamin ketahanan pangan nasional, daya saing komoditas di kancah internasional, isu sustainability, dan lingkungan. Untuk itulah pertanian presisi ada, untuk menyongsong era baru pertanian Indonesia yang tidak lagi dengan cara-cara konvensional, tetapi harus dimodernisasi ke arah industrialisasi pertanian.

Beberapa hasil teknologi pertanian telah dipresentasikan dalam suatu seminar yang diadakan oleh Perteta di UNPAD, Bandung 7-8 Desember 2011 oleh para pakar insinyur pertanian Indonesia ;D . Banyak hasil riset dari perguruan tinggi terkemuka dipaparkan untuk dikembangkan sebagai pendukung era baru pertanian Indonesia. Paling tidak ada beberapa catatan teknologi yang dipaparkan di pertemuan tersebut :

1. Teknologi otomasi pertanian
Teknologi otomasi pertanian memaparkan perlunya otomasi dalam bidang pertanian untuk mengantisipasi sumber daya manusia sebagai pekerja di bidang pertanian yang paling sedikit. Pengembangkan teknologi berbasis mikrokontroler untuk kontrol otomatik pada bidang pertanian dikembangkan oleh beberapa pihak. Selain itu dipercaya teknologi ini mempunyai tingkat akurasi dan presisi tinggi untuk diaplikaskasikam pada bidang pertanian.

2. E-commerce pertanian
Meningkatkan daya saing produk pertanian melalui perluasan pasar di jaringan internet akan semakin marak di waktu yang akan datang. Transaksi jual beli secara online akan banyak dilakukan pada komoditas produk pertanian. Kekuatan yang harus dibangun adalah sistem yang dapat membangun kepercayaan antara konsumen dan produsen serta keakuratan informasi mengingat produk komoditas pertanian memiliki jangka waktu tertentu dari panen onfarm, diolah, dan akhirnya sampai ke tangan konsumen.  


3. Teknologi sistem informas
Meliputi teknologi pendugaan dan analisis data pertanian dengan berbagai macam teknik seperti teknik jaringan syaraf tiruan (Artificial Neural Network), sistem database, analisis citra (image processing), dan teknologi dan teknik yang lain. Sebenarnya teknik-teknik tersebut sudah banyak dikembangkan pada waktu-waktu yang lalu. Hanya saja teknologi tersebut harus selalu diupgrade mengikuti perkembangan teknologi informasi yang ada saat ini dan diusahakan agar dapat diintegrasikan dengan mesin dan sistem pertanian yang lain.






4. Kebijakan pertanian

Hal yang sangat penting tentu saja membahas kebijakan pemerintah terhadap pertanian Indonesia. Teknologi pertanian agar dapat disebarluaskan dan diaplikasikan ke masyarakat membutuhkan daya, tenaga, dana, dan dukungan kebijakan pemerintah. Teknologi yang ada saat ini juga harus segera di uji kapabilitasnya dengan diperkenalkan kepada stake holder pengguna untuk dimanfaatkan, yaitu petani. Tentunya hal itu membutuhkan modal dana yang besar, sedangkan sumber pembiayaan di tingkat petani masih sedikit diakibatkan rendahnya kepercayaan pihak otoritas modal untuk menyalurkan dana modal ke petani. Peran pemerintah sebenarnya bukan hanya sebagai pemberi dan penjamin dana modal yang diberikan kepada petani, tetapi bersama-sama dengan seluruh pihak yang ada termasuk swasta, dapat membangun kelembagaan yang dapat dipercaya oleh semua pihak otoritas modal sehingga introduksi dan aplikasi teknologi pertanian dapat dilakukan di lapangan.

Sekarang yang menjadi masalah adalah untuk siapakah pengembangan teknologi itu harus dilakukan? apakah hanya untuk segelintir orang pemilik modal yang akan mengkapitalisasi industri pertanian dengan modal yang besar sehingga petani-petani rakyat akan semakin terpinggirkan. Bukan tidak mungkin nanti akan dicetak banyak sawah di negeri ini dengan luasan beribu hektar dan dikelola dengan teknologi dan manajemen yang handal serta dapat menghasilkan produktivitas padi yang tinggi tetapi dimiliki oleh suatu badan usaha swasta seperti yang terjadi pada perkebunan sawit Indonesia. Sistem kapitalisasi secara besar pada pertanian tersebut akan menjamin ketahanan pangan negara ini tetapi akan segera menyisihkan petani-petani kecil dalam hempasan putus asa. Tidak ada yang salah dengan sistem ini, karena sistem kapitalisasi industri pertanian yang besar itu jika dikelola dan diatur dengan tata peraturan yang baik dan seimbang, maka akan menjadi penyokong ketahanan pangan yang kuat untuk negara ini. Tetapi ada konsekuensi yang mahal yang harus ditanggung bangsa ini jika petani kecil yang sudah turun temurun dan loyal bertani semakin terpinggirkan. Akan ada kesenjangan sosial, pengetahuan, dan kedudukan. Posisi petani akan semakin sulit, saat ini saja dengan proteksi yang minim dari pemerintah, para pemilik lahan seluas kurang dari 1,5 Ha ke bawah bagaikan berpengahsilan seperti buruh bangunan di kota. Jika pun harus terjadi Industrialisasi pertanian, seharusnya mereka yang harus didorong untuk maju kedepan memimpin industrialisasi tersebut. Karena walau bagaimanapun, jiwa petani yang sudah lama mengabdikan diri pada tugas pemenuhan pangan negeri ini akan lebih dapat dipercaya daripada dibiarkan jatuh secara bebas kepada pihak-pihak yang hanya mencari keuntungan besar dari proyek besar pemenuhan pangan bangsa ini. Petani tersebut harus didorong dengan pembinaan kecerdasan, pengetahuan, kelembagaan, teknologi, dan modal agar dapat menjadi pelaku pertanian modern di abad 21. Pemerintah tentu saja harus menyiapkan daya, upaya dan dana yang besar untuk hal tersebut. Tentu saja niat tersebut dapat dijalankan jika ada master plan jangka panjang selama 20 tahun ke depan, bukan hanya rencana periode 2 – 5 tahun saja. Dan tentu saja harus ada komitmen dari pemimpin struktural dan tokoh-tokoh yang berani untuk melakukan perubahan. Jika semua tidak dikelola dengan baik maka lagi-lagi petani kecilah yang menjadi korban. (r.a)

Please Share and Comment ↓

Related Posts

Previous
Next Post »