Aisyah, seorang guru yang
mengalami penyakit ALS walaupun tidak bisa berjalan tapi tetap setia
memberikan pelajaran di rumah, Kelurahan Pindrikan Lor, Kecamatan
Semarang Tengah, dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. (Suara Merdeka 12 Desember 2012).
Tubuh kita dikaruniai Allah dengan persyarafan yang sangat lengkap. Mulai dari Saraf Motorik, Saraf Sensorik dan Saraf Otonom.
Saraf Motorik menjadikan kita
dapat melakukan kegiatan dengan menggunakan otot-otot lurik. Di sekitar
wajah, otot lurik menyebabkan kita dapat menggerakkan kelopak mata,
menggerakkan bibir (tersenyum, menangis, menyeringai), pipi untuk
mengunyah dan otot leher untuk menoleh, menengadah, dan menunduk.
Saraf sensorik, memudahkan kita merasakan dengan indera: penciuman, pengecapan, perabaan, pendengaran dan penglihatan.
Saraf otonom memungkinkan
jantung berdetak otomatis, nafas memasukkan oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Mampu Buang Air Kecil dan Buang Air Besar secara
teratur. Kelenjar-kelenjar hormone (air liur, pancreas untuk insulin,
tiroid) bekerja secara otomatis.
Pada keadaan tertentu saraf-saraf di atas dapat mengalami gangguan, diantaranya dalam bentuk ALS.
ALS atau Amyotrophic Lateral
Sclerosis, merupakan penyakit yang menyerang saraf motorik, yang
mengakibatkan kelemahan anggota gerak. Otot menjadi kaku, bicaranya
sulit, kadang kesulitan menelan dan kesulitan bernafas.
Hal ini disebabkan karena
degenerasi saraf motorik atas dan bawah. Yang terganggu hanyalah saraf
motorik, sedangkan saraf sensorik dan saraf otonom tidak terganggu.
Sehingga pasien ALS tetap bisa merasakan, membau, meraba, melihat dan
mendengar dengan baik.
Pada awalnya pasien ALS dapat
menunjukkan gejala kelemahan otot yang ringan. Jika mengenai tungkai
maka ketika berjalan tiba-tiba mengalami kram di kaki, atau mendadak
jatuh saat berdiri. Bila menyerang lengan maka pasien mengalamii
kesulitan saat memakai baju. Tangan susah masuk ke baju. Kesulitan
menulis atau saat akan menyalakan kendaraan (motor, mobil) tidak mampu
memutar kunci kontak. Serangan ini bisa satu sisi ekstremitas (kanan
atau kiri saja), sehingga disebut Monomelic amyotrophy.
Seperempat pasien (25%)
mengalami kesulitan dalam berbicara. Bicaranya tidak jelas,
terbata-bata, atau gagap. Kadang seperti sengau (Bindeng: Jawa).
Sebagian mengalami gangguan gerakan lidah, sehingga seperti celad atau
Pelo. Ada yang mengalami gangguan pernafasan (bernafas seperti berat
/ampeg) karena otot dinding dada terganggu.
Di saat lain, ada pasien ALS
yang memperlihatkan gangguan gerak (kesulitan berpindah posisi),
kesulitan menelan, bicara terbata-bata.
Separo pasien ALS menunjukkan emosi yang labil, kadang tiba-tiba tertawa keras sekali, menangis diselingi tersenyum,
Penyebab:
Sebagian besar (95%) tidak
diketahui sebabnya. Sisanya disebabkan oleh factor keturunan, bahan
kimia, Trauma kepala (olahraga kontak yang mencederai kepala), atau
tersengat listrik,
Diagnosis:
Tidak ada pemeriksaan khusus
yang bisa mendiagnosis secara pasti ALS. Apalagi secara tepat menentukan
apakah kelainannya di motor neuron atas atau bawah. Diagnosis ALS
berdasarkan gejala dan tanda klinis yang dikeluhkan pasien dan dengan
pemeriksaan dokter sambil menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain.
Pemeriksaan penunjang yang cukup
membantu diagnosis adalah EMG (Elektro Miografi). Sambil mengevaluasi
kelemahan otot, otot yang mengalami atropi (pengecilan), reflex otot
yang berlebihan, serta spastisitas (kekakuan) otot. Pemeriksaan EMG
dapat mendeteksi aktifitas listrik otot.
Pemeriksaan MRI dapat membantu
menyingkirkan kemungkinan diagnosis lain yang mirip ALS seperti: tumor
medulla spinalis, Multipel sclerosis, Herniasi saraf di daerah leher,
Syringomyelia atau Spondilosis servikal.
Tetap diperlukan pemeriksaan tes
darah dan urin sebagai pemeriksaan rutin. Sebab ALS gejalanya mirip
penyakit infeksi seperti: HIV, penyakit Lyme, Sifilis, dan Ensefalitis.
Terapi:
Pengobatan ALS yang pokok adalah
fisioterapi atau rehabilitasi medic agar pasien mampu bergerak senyaman
mungkin dan bisa beraktivitas sebagaimana sebelumnya. Diperlukan Terapi
wicara bagi yang ada gangguan bicara dan Terapi okupasi dengan penuh
perhatian.
Obat-obat yang dikonsumsi
biasanya untuk mengurangi gejala yang timbul seperti: fatig, kram otot,
pengontrol spastisitas otot, pengurang rasa nyeri, obat antidepresi,
gangguan tidur dan disfagi (kesulitan menelan) serta konstipasi
(kesulitan Buang air besar).
Pasien ALS dapat hidup sehat
seperti orang lain dengan ketekunan dan ketelatenan dalam menjalani
terapi. Seperti DR Stephen Hawking, penulis terkenal yang terserang ALS
saat mengambil studi doctoral. Dengan kesabarannya mampu menyelesaikan
studi dengan baik walaupun menyandang ALS.
Namun ada juga yang harus tetap
berada di tempat tidur, meskipun semua organ tubuh normal, kecuali tidak
mampu berjalan dan untuk makanpun harus dibantu selang NGT (langsung ke
lambung). Diperlukan kesabaran dan keihlasan bagi keluarga maupun
pasien ALS.
Dr Retnaningsih SpS-KIC
Spesialis Saraf RSUP Dr Kariadi Semarang
Diedit dari rskariadi.co.id
#Penyakit #Saraf
#Penyakit #Saraf