REVOLUSIILMIAH.com - Keracunan makanan sering dialami oleh orang yang mengkonsumsi makanan atau air minum yang terkontaminasi dengan zat patogen (seperti : Norovirus, Salmonella, Clostridium perfringens, Campylobacter dan Staphylococcus aureus) atau bahan kimia. Untuk keracunan makanan, seorang dokter diberikan kewenangan dan dituntut untuk mengatasinya sampai tuntas atau kemampuan 4A.
Waspada keracunan makanan. (Foto : nationalgeographic.co.id) |
Keluhan
Keluhan yang sering dialami orang dengan keracunan makanan adalah : Diare akut, Nyeri perut, Nyeri kram otot perut dan Perut kembung. Untuk diare akut biasanya berlangsung kurang dari 2 minggu, adanya darah atau lendiir pada tinja perlu dipikirkan adanya infeksi pada mukosa usus. Sedangkan nyeri kram otot perut menunjukkan hilangnya elektrolit yang mendasarinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait keracunan makanan ini yaitu :
- Higien makanan atau minuman yang dikonsumsi
- Konsumsi daging yang kurang matang perlu dihindari, hal tersebut terkait dengan adanya bakteri yang dapat menyebabkan keracunan seperti Salmonella sp., Campylobacter sp., E.coli dan Clostridium perfringens.
- Makan makanan laut yang mentah dapat menyebabkan keracunan makanan terkait dengan kandungan Norwalk-like virus, Vibrio sp atau Hepatitis A.
Pemeriksaan
Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan tanda Dehidrasi : Diare, dehidrasi, Tekanan darah turun, Nadi cepat, Mulut kering, Penurunan keringat dan Penurunan output urin. Nyeri tekan perut dan Bising usus yang meningkat dapat juga terjadi.
Pemeriksaan penunjang dapat menggunakan Pemeriksaan Feses (Ditemukan telur cacing dan parasit), maupun dengan Pewarnaan Gram, Koch dan Metilen Biru Loeffler guna membedakan Penyakit Invasif dan Non Invasif.
Diagnosis Banding
Diagnosis ditegakkan berdasarkan Anamnesis, Pemeriksaan fisik dan penunjang yang dilakukan.
Diagnosis banding yang mungkin adalah Intolerasi dan Diare spesifik seperti Disentri, Kolera.
Komplikasi yang perlu diwaspadai adalah Dehidrasi berat.
Terapi/Penatalaksanaan
Sebagian besar kasus keracunan adalah Self-Limiting Disease, dimana pengobatan khusus tidak perlukan. Dimana dari penelitian, hanya 10% yang membutuhkan antibiotik. Tujuan penanganannya adalah mengatasi Dehidrasi atau melakukan rehidrasi yang cukup serta suplemen elektrolit. Rehidrasi dapat dilakukan per oral atau intravena.
Jika dalam 3 sampai 4 hari gejala dan keluhan menetap atau bertambah berat, perlu dilakukan pemeriksaan spesifik untuk menentukan kebutuhan Antibiotik, jika tidak memungkinkan, pikirkan untuk merujuk ke Pelayanan Kesehatan yang lebih tinggi.
Selama terapi, modifikasi gaya hidup dan menjaga higienitas yang dikonsumsi sangatlah perlu.
Prognosis
Jika tidak mengalami perburukan atau komplikasi lanjut, prognosis dari pasien adalah Bonam atau baik.
Referensi
- Permenkes 514 Tahun 2015 tentang Panduan Praktik Klinis Dokter. Hal. 63-5