Keping Silikon untuk Simpan Jaringan Tubuh Manusia

Revolusi Ilmiah - Washington DC

Pengujian dan penemuan obat baru yang jauh lebih aman dan efektif dari obat sebelumnya sangat dinantikan, namun proses tersebut membutuhkan biaya yang mahal dan lama, oleh karena itu peneliti di Amerika berupaya bagaimana caranya mempermudah proses tersebut, salah satunya dengan merancang keping silikon komputer yang berfungsi seperti organ manusia dengan harapan prosesnya lebih cepat dan lebih murah.

Revolusi Ilmiah - Keping silikon

Keping Silikon

Keping-keping silikon yang diupayaka tersebut berukuran  lebih kecil dari tangan anak-anak, dilapisi dengan sel-sel hidup dengan fungsi dan reaksi seperti organ dalam tubuh. Keping tersebut diciptakan menjadi bagian Program Keping dan Jaringan guna pemeriksaan obat-obatan untuk mengevaluasi keamanan senyawa obat tersebut. Program Keping dan Jaringan dipimpin oleh Danilo Tagle, Direktur National Center for Advancing Translational Sciences (NCATS).

Danilo Tagle menggambarkan bahwa keping 3 dimensi tersebut diciptakan supaya bisa meniru cara kerja paru-paru, "Dalam kasus tersebut, sel-sel akan menggantikan peran kantong udara, sebagai alat khusus yang dirancang untuk bernafas dan mengembang serta dapat menghisap udara dan cairan sebagaimana paru-paru normal. Alat tersebut juga dapat digunakan di Jantung, dimana alat ini akan menggantikan otot jantung dan dapat menunjukkan kemampuan mengembang dan mengempis serta berdetak selayaknya otot jantung tersebut." Kata Tagle.

Revolusi Ilmiah - Danilo Tagle
Pada sistem pencernaan, keping dengan replika-replika sangat kecil dapat berfungsi seperti lambung dan usus manusia, bergerak ketika mencerna makanan. Obat-obatan yang diteliti dimasukkan ke dalam organ-orang kecil tersebut melalui pipa-pipa mikro. Hasil percobaan tersebut ternyata menghasilkan data yang lebih akurat dibandingkan dengan uji konvensional menggunakan hewan dan model-model sel. "Jadi hal tersebut akan terpadu, saling terkait dan berfungsi hampir seperti tubuh manusia, namun dalam bentuk sebuah keping." lanjut Tagle. Sistem yang saling terkait membuat para peneliti optimis bahwa dengan cara tersebut akan lebih aman mengevaluasi dampak suatu obat pada sistem organ yang berbeda, misalnya untuk melihat tingkat kandungan racun hati. "Obat baru bisa saja lolo dari tes keamanan pada hewan laboratorium, namun begitu dicoba pada manusia, obat dapat menimbulkan dampak sampingan yang beracun." tutup Tagle. Oleh karena itu meskipun telah diuji dalam chip jaringan, tetap saja peneliti akan memilih pilihan obat yang paling aman sebelum betul-betul dicoba secara klinis kepada manusia.

Kalau di Amerika bisa memulai cara penemuan dan pengembangan obat terbaru, bagaimana di Indonesia, adakah kegiatan tersebut? Atau malah sibuk dengan urusan-urusan yang "Kurang" penting? (mant)

Referensi 1
Gambar 1, 2

Please Share and Comment ↓

Related Posts

Previous
Next Post »