Salam Revolusi Ilmiah...
Ininih lanjutan postingan yang pertama, langsung saja... have fun.
Sesungguhnya
dari kehidupan binatang kecil semut itu terdapat pelajaran yang sangat berarti
bagi manusia. System hidup semut yang diulas dalam poin-poin di halaman pertama, manusia dapat mengambil hikmah untuk diterapkan dalam dinamika
kehidupannya. Kata-kata ini tidaklah berlebihan, karena sejatinya semut selalu
berjuang untuk mencapai tujuannya, berkali-kali semut jatuh untuk memanjat pendakian,
berkali-kali pula semut itu bangkit untuk mencapai puncak tujuannya.
Semut
selalu fokus terhadap tujuannya dan mempunyai komitmen tinggi untuk selalu mengupayakan
betul cara mencapainya dengan sikap pantang menyerah, (tidak seperti manusia,
mengaku iman tapi kerjaannya hanya omong doang, ngomong terusssss aplikasinya 0,
kalau omongannya berbeda dengan tetangga sebelah jadinya gontok-gontokan,
duchhhh). Jika beban barang yang dibawa oleh seekor semut terlalu berat, maka para
sahabat yang lain pun datang menghampiri untuk membantu, sehingga bebannya
terasa ringan. Semut-semut itu tahu apa yang harus dilakukan, tanpa harus
diperintah oleh sang komandannnya, mereka sudah paham dengan tugas-tugasnya, di
dalam diri mereka telah tertanam kharkter bergotong-royong, dan semangat
pantang menyerah.
Begitulah
system kehidupan dari binatang semut. Dan tentuanya system itu tidak datang
dengan sendirinya. Ya Tuhan lah yang telah mengajarkan atau memberikan system
yang baik itu untuk supaya dijalankan oleh ciptaan-ciptaanNya. Sehingga Tuhan
sendiri mengabadikannya menjadi sebuah hikmah dalam salah satu Kitab-Nya Al-Qur’an,
yaitu surat An-Naml (semut). Maha Benar Allah yang telah menciptakan semut
sebagai hikmah untuk kehidupan manusia.
Kalau
Tuhan kepada makhluk kecil sekelas binatang saja memberikan system hidup yang
sempurna. Lantas apakah Tuhan tidak memberikan kepada makhluk yang bernama
manusia yang disebut sempurna tersebut???
Sesungguhnya
system Tuhan itu sama berlaku untuk semua alam semesta, baik yang dilangit
maupun yang ada dibumi, tak terkecuali
manusia. Hanya saja yang membedakan adalah ketunduk patuhannya (bahasa arabnya
muslim). Jadi muslim / ketunduk patuhan itu bukanlah milik / identik dengan suatu
agama. Ketunduk patuhan / “muslim” dalam bahasa arab tersebut adalah suatu
bentuk system Tuhan yang berjalan dari awal penciptaan.
Sebelum
manusia diciptakan, semua benda luar angkasa, gas, tanah, air, tumbuhan,
binatang (salah satunya SEMUT), bahkan gunung-gunung semuanya sudah muslim.
Karena mereka tunduk patuh kepada system Tuhan yang diundangkan atas diri
mereka masing-masing. Barulah manusia diciptakan yang terakhir. Makhluk songong
paling bontot ini lah yang merusak tatanan keseimbangan jagad raya dalam
bingkai harmonisasi kasih sayang system Tuhan. Banyak orang mengaku tunduk
patuh/muslim, namun sejatinya mereka telah melakukan makar besar terhadap system
abadi Tuhan. Mereka terjebak didalam pembodohan dan dogma-dogma / sihir-sihir
yang di desain apik oleh manusia itu sendiri. Muslim adalah kata-kata universal
bukan miliknya satu agama. Jadi muslim bukan perkara agama, sembahyang dalam
konteks ritual, pandai baca-baca kitab Tuhan, dsb. Tetapi muslim itu adalah
perilaku atau gaya kehidupan dalam pengabdian ketunduk patuhan terhadap system Tuhan
Semesta Alam.
Kesimpulan
dari ulasan diatas adalah penulis hanya menggunakan binatang semut sebagai batu
loncatan untuk menjelaskan tentang system hidup dari Tuhan yaitu ketunduk
patuhan/muslim. sesungguhnya alam semesta beserta isinya dalam kondisi yang
muslim. Semua yang hidup dalam tatanan jagad raya ini telah tunduk
patuh/muslim. Dipertegas lagi, banyak dari firman Tuhan menjelaskan baik
tentang alam maupun orang sebelum Muhammad Rosululloh telah muslim. Karena muslim
itu yang membawa bukan Muhammad Rosululloh, karena muslim sudah ada sebelum
manusia tercipta. Hanya saja karena pada awal masa diutusnya Muhammad sebagai
Rosululloh. Muhammad lahir dari bangsa dan berbahasa arab, maka Tuhan meminjam
bahasa arab yaitu muslim untuk menjelaskan systemNya kepada bangsa arab melalui
Muhammad. Kan tidak mungkin kalau Tuhan
minjam bahasa jawa, “contoh : manunggaling kawulo lan gusti” untuk memberikan
keterangan kepada bangsa arab, Muhammad sendiri saja kagak faham bahasa jawa.
Baru tatkala Muhammad berhasil memberikan keterangan yang nyata tentang system Tuhan, baru memperluas
wilayah kepenjuru dunia dengan menggunakan bahasa “muslim”.
Nah
untuk itu boleh dikatakan satu-satunya makhluk dari bermilyar-milyar makhluk penghuni
alam semesta yang dikatakan kafir dalam bahasa arabnya atau tersesat / menyimpang
/ keluar dari garis fitrahnya yaitu makhluk bontot yang benama manusia. Karena kebanyakan
dari mereka melampaui batas / membuat system-system tandingan. Untuk itu sebelum tiba waktu yang sudah dekat sesuatu
yang Maha mengerikan, maka secepatnya kita sebagai bagian terkecil dari alamsemesta ini untuk kembali kepada system Tuhan, muslim yang sejati. Lihatlahluas jagad raya, hal yang sangat ringan / pekerjaan sambilan bagi Tuhan untuk
membunuh manusia dan menggantinya dengan manusia yang lain. Seperti yang telah
dilakukan terhadap umat-umat terdahulu sebelum kita yang dibumi hangusnya dalam
waktu yang cukup singkat. Kalau dilihat dari Sunatullah-Nya, keniscayaan hal
itu akan terulang kembali. Karena kondisi sekarang ini sama persis dengan
kondisi pra azab umat sebelum kita.
Pesan
terakhir, "Eling lan waspodo". (kalau berbeda pandangan itu janganlah
mengkerdilkan diri sendiri, berfikirlah yang luas seperti bangsa kita yang besar) keep fighting...
#back 1
#back 1
Oleh: Bentar Setiarto, “Edisi Kebangkitan Nusantara”
Picture from: commons.wikimedia.org/wiki/File:AntsStitchingLeave.jpg