Belajar Sistem Hidup Semut, (Sang "Muslim" Sejati) ---2---


Salam Revolusi Ilmiah...

Ininih lanjutan postingan yang pertama, langsung saja... have fun.


Sesungguhnya dari kehidupan binatang kecil semut itu terdapat pelajaran yang sangat berarti bagi manusia. System hidup semut yang diulas dalam poin-poin di halaman pertama, manusia dapat mengambil hikmah untuk diterapkan dalam dinamika kehidupannya. Kata-kata ini tidaklah berlebihan, karena sejatinya semut selalu berjuang untuk mencapai tujuannya, berkali-kali semut jatuh untuk memanjat pendakian, berkali-kali pula semut itu bangkit untuk mencapai puncak tujuannya. 


Semut selalu fokus terhadap tujuannya dan mempunyai komitmen tinggi untuk selalu mengupayakan betul cara mencapainya dengan sikap pantang menyerah, (tidak seperti manusia, mengaku iman tapi kerjaannya hanya omong doang, ngomong terusssss aplikasinya 0, kalau omongannya berbeda dengan tetangga sebelah jadinya gontok-gontokan, duchhhh). Jika beban barang yang dibawa oleh seekor semut terlalu berat, maka para sahabat yang lain pun datang menghampiri untuk membantu, sehingga bebannya terasa ringan. Semut-semut itu tahu apa yang harus dilakukan, tanpa harus diperintah oleh sang komandannnya, mereka sudah paham dengan tugas-tugasnya, di dalam diri mereka telah tertanam kharkter bergotong-royong, dan semangat pantang menyerah.


Begitulah system kehidupan dari binatang semut. Dan tentuanya system itu tidak datang dengan sendirinya. Ya Tuhan lah yang telah mengajarkan atau memberikan system yang baik itu untuk supaya dijalankan oleh ciptaan-ciptaanNya. Sehingga Tuhan sendiri  mengabadikannya menjadi sebuah hikmah dalam salah satu Kitab-Nya Al-Qur’an, yaitu surat An-Naml (semut). Maha Benar Allah yang telah menciptakan semut sebagai hikmah untuk kehidupan manusia. 


Kalau Tuhan kepada makhluk kecil sekelas binatang saja memberikan system hidup yang sempurna. Lantas apakah Tuhan tidak memberikan kepada makhluk yang bernama manusia yang disebut sempurna tersebut??? 


Sesungguhnya system Tuhan itu sama berlaku untuk semua alam semesta, baik yang dilangit maupun yang ada dibumi, tak  terkecuali manusia. Hanya saja yang membedakan adalah ketunduk patuhannya (bahasa arabnya muslim). Jadi muslim / ketunduk patuhan itu bukanlah milik / identik dengan suatu agama. Ketunduk patuhan / “muslim” dalam bahasa arab tersebut adalah suatu bentuk system Tuhan yang berjalan dari awal penciptaan. 


Sebelum manusia diciptakan, semua benda luar angkasa, gas, tanah, air, tumbuhan, binatang (salah satunya SEMUT), bahkan gunung-gunung semuanya sudah muslim. Karena mereka tunduk patuh kepada system Tuhan yang diundangkan atas diri mereka masing-masing. Barulah manusia diciptakan yang terakhir. Makhluk songong paling bontot ini lah yang merusak tatanan keseimbangan jagad raya dalam bingkai harmonisasi kasih sayang system Tuhan. Banyak orang mengaku tunduk patuh/muslim, namun sejatinya mereka telah melakukan makar besar terhadap system abadi Tuhan. Mereka terjebak didalam pembodohan dan dogma-dogma / sihir-sihir yang di desain apik oleh manusia itu sendiri. Muslim adalah kata-kata universal bukan miliknya satu agama. Jadi muslim bukan perkara agama, sembahyang dalam konteks ritual, pandai baca-baca kitab Tuhan, dsb. Tetapi muslim itu adalah perilaku atau gaya kehidupan dalam pengabdian ketunduk patuhan terhadap system Tuhan Semesta Alam.


Kesimpulan dari ulasan diatas adalah penulis hanya menggunakan binatang semut sebagai batu loncatan untuk menjelaskan tentang system hidup dari Tuhan yaitu ketunduk patuhan/muslim. sesungguhnya alam semesta beserta isinya dalam kondisi yang muslim. Semua yang hidup dalam tatanan jagad raya ini telah tunduk patuh/muslim. Dipertegas lagi, banyak dari firman Tuhan menjelaskan baik tentang alam maupun orang sebelum Muhammad Rosululloh telah muslim. Karena muslim itu yang membawa bukan Muhammad Rosululloh, karena muslim sudah ada sebelum manusia tercipta. Hanya saja karena pada awal masa diutusnya Muhammad sebagai Rosululloh. Muhammad lahir dari bangsa dan berbahasa arab, maka Tuhan meminjam bahasa arab yaitu muslim untuk menjelaskan systemNya kepada bangsa arab melalui Muhammad. Kan tidak mungkin kalau  Tuhan minjam bahasa jawa, “contoh : manunggaling kawulo lan gusti” untuk memberikan keterangan kepada bangsa arab, Muhammad sendiri saja kagak faham bahasa jawa. Baru tatkala Muhammad berhasil memberikan keterangan yang nyata tentang system Tuhan, baru memperluas wilayah kepenjuru dunia dengan menggunakan bahasa “muslim”. 


Nah untuk itu boleh dikatakan satu-satunya makhluk dari bermilyar-milyar makhluk penghuni alam semesta yang dikatakan kafir dalam bahasa arabnya atau tersesat / menyimpang / keluar dari garis fitrahnya yaitu makhluk bontot yang benama manusia. Karena kebanyakan dari mereka melampaui batas / membuat system-system tandingan. Untuk itu sebelum tiba waktu yang sudah dekat sesuatu yang Maha mengerikan, maka secepatnya kita sebagai bagian terkecil dari alamsemesta ini untuk kembali kepada system Tuhan, muslim yang sejati. Lihatlahluas jagad raya, hal yang sangat ringan / pekerjaan sambilan bagi Tuhan untuk membunuh manusia dan menggantinya dengan manusia yang lain. Seperti yang telah dilakukan terhadap umat-umat terdahulu sebelum kita yang dibumi hangusnya dalam waktu yang cukup singkat. Kalau dilihat dari Sunatullah-Nya, keniscayaan hal itu akan terulang kembali. Karena kondisi sekarang ini sama persis dengan kondisi pra azab umat sebelum kita.


Pesan terakhir, "Eling lan waspodo". (kalau berbeda pandangan itu janganlah mengkerdilkan diri sendiri, berfikirlah yang luas seperti bangsa kita yang besar) keep fighting...

#back 1


Oleh: Bentar Setiarto, “Edisi Kebangkitan Nusantara”

Picture from: commons.wikimedia.org/wiki/File:AntsStitchingLeave.jpg

Please Share and Comment ↓

Related Posts

Previous
Next Post »