Salam Revolusi Ilmiah...
Banyak orang mengatakan lebih baik bodoh tetapi beriman, dari pada pintar tetapi menyalahgunakan kepintarannya. Jika penulis meminta anda untuk
memilih diantara kedua pilihan tersebut. Manakah yang akan anda pilih? Ingin
menjadi orang bodoh tapi beriman atau orang pintar yang menyalah gunakan
kepintarannya? Hemmmmmm pasti pilih yang pertama bukan.
Nah lantas seperti apakah orang
beriman tapi bodoh tersebut??? Penulis menggambarkan demikian…
Di Negara selandia baru, terkenal
dengan peternakan sapi yang banyak. Ribuan sapi perah di kelola dan di
manfaatkan hasilnya oleh manusia, terutama dari hasil susunya. Pelajaran yang
bisa di ambil, ribuan sapi perah tersebut tidak dapat melawan segelintir orang
yang memanfaatkannya. tiap hari ribuan sapi itu diperah, diperah dan diperah, di
tambah lagi lehernya selalu di belenggu membuat sapi tak berdaya. Kalau si
peternak sudah merasa sapi itu tidak produktif lagi, maka sapi itu diseret lalu
tinggal disembelih, sherrrrrr diambilah dagingnya.
Sama halnya dengan orang beriman
tapi bodoh, di bangsa ini ratusan juta orang dari berbagai golongan semua
mengaku beriman tetapi tidak mempergunakan akalnya. Karena pada kenyataannya tidak mampu melawan
segelintir orang, (baik orang asing maupun orang dalam). Tidak ada bedanya
dengan di selandia baru, segelintir orang tersebut hanya memanfaatkan ratusan
juta rakyat Indonesia. Rakyat hanya diperah, diperah, dan diperah. sama halnya
dengan sapi, Rakyat Indonesia pun di belenggu oleh dogma-dogma pembodohan,
sejarah-sejarah palsu, janji-janji angin surga yang mengakibatkan rakyatnya lemah tak
berdaya.
Bayangin kekayaan negeri ini,
yang seharusnya setiap anak yang lahir menanggung kekayaan melimpah. Namun pada
kenyataanya kini setiap orang Indonesia menanggung hutang sebesar 8,9 juta. Kemana
karunia yang melimpah dari Tuhan YME itu untuk orang yang beriman. Orang yang
mengaku beriman tersebut hanya mendapat jatah rumput di sekeliling rumahnya (termasuk
penulis, hehe). Bukankah suatu negeri itu akan diberkhati jika penghuninya pada
beriman, namun sebaliknya jika negeri itu hanya sebatas mengaku beriman / beriman
dengan kebodohan maka akan didatangkan (orang-orang) yang akan membuat mala petaka dimanapun mereka berada.
Jangan salahkan segelintir orang tersebut, karena itu atas kehendak Tuhan, dan itu buah dari keimanan yang bodoh. apa efeknya jika tiap hari kita menghujatnya tanpa ada upaya kongkrit dan komitmen dalam diri kita.
Maka dari itu orang beriman itu harus pandai dan menguasai disegala bidang (spiritual, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan keamanan, dsb), itu harga mati…! Bukankah tiap utusan mengajarkan yang demikian. Tuhan sendiri jelas-jelas murka terhadap orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Maka dari itu orang beriman itu harus pandai dan menguasai disegala bidang (spiritual, sosial, budaya, ekonomi, pertahanan keamanan, dsb), itu harga mati…! Bukankah tiap utusan mengajarkan yang demikian. Tuhan sendiri jelas-jelas murka terhadap orang-orang yang tidak mempergunakan akalnya.
Perubahan itu pasti, untuk itu mari
kita saling memperbaiki diri, walau sekecil biji sawi. Harus selalu belajar, balajar, dan belajar. Jadi manusia tidak usah sombong, tidak perlu merasa paling benar, belajar dari seekor semutpun akan mendatangkan hikmah yang luar biasa. Itu semua demi
cita-cita kedamaian dan kesejahteraan negeri ini . Awalilah dari diri sendiri, yakini saja kalau hari ini
dia (segelintir orang) yang berkuasa, tetapi tidak untuk hari esok. Karena hari esok
adalah giliran kita yang akan berkuasa atas petunjuk dan seizin-Nya.
Kata pepatah, "Lebih baik menyalakan lilin daripada mengutuk kegelapan".
Bangkitlah negeri atlantis yang dirindukan...
Bangkitlah negeri atlantis yang dirindukan...
Oleh: Bentar setiarto
2 Komentar
Write KomentarMantab bung! Mari kita terus meningkatkan kesadaran kita utk lebih cerdas. Silahkan utk klik kami: www.gafatardpksurakarta.blogspot.com
ReplyBetul...
Reply